Mengenal Care Indonesia
30 Mei 2009

Latar belakang
Penyebutan “bahaya lingkungan” biasanya menciptakan bayangan pembangunan industrial, pabrik-pabrik raksasa atau cerobong asap pabrik. Jadi sulit untuk membayangkan bahwa sesuatu yang indah seperti sawah bisa memicu bencana lingkungan yang luar biasa. Tetapi inilah yang terjadi di Propinsi Kalimantan, Indonesia. Kalimantan adalah salah satu tempat termiskin di Indonesia, dan peluang ekonomi yang besar sangat langka. Oleh karena itu, sangat ironis bahwa upaya besar-besaran untuk mengurangi kemiskinan melalui pembangunan pertanian berskala besar menjerumuskan masyarakat ke dalam krisis yang lebih dalam. Upaya gagal yang paling terlihat adalah Proyek Mega Padi. Dimulai pada tahun 90-an, proyek ini menghancurkan lebih dari satu juta hektar hutan gambut dan menggerus 2.000 kilometer parit drainase ke biosistem yang rentan – semuanya sia-sia. Lahan gambut terbukti tidak sesuai untuk produksi beras, dan proyek ini segera ditinggalkan. Proyek ini meninggalkan masalah ekologis, ekonomi dan sosial dalam skala yang luar biasa.

Dampak

Di seluruh dunia, kerusakan lahan gambut melepaskan lebih dari 2.000 mega ton karbon setiap tahunnya. Namun demikian, lahan gambut di Asia Tenggara masih menyimpan sekitar 42.000 mega ton karbon. Delapan puluh tiga persen dari jumlah total ini berada di Indonesia, di mana proyek-proyek pembangunan pertanian yang tidak direncanakan dengan baik, seperti Proyek Mega Padi, telah membuka dan mengeringkan lahan-lahan gambut yang sangat luas. Hal ini membuatnya semakin rentan terhadap kebakaran; dan, pada tahun 1997, berperanserta dalam terbakarnya 2 juta hektar hutan rawa gambut. Asap dan kabut dari kebakaran ini mengakibatkan lebih dari setengah juta orang mencari perawatan medis. Ribuan orang dirawat di rumah sakit. Untuk banyak orang, masalah saluran pernafasan masih berlanjut sampai sekarang. Langit di seluruh wilayah ini terpengaruh, dengan lebih dari 1.000 penerbangan komersial dibatalkan dan hilangnya jutaan jam kerja.

Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai AS $ 8,4 biliun. Konsekuensinya pada perubahan iklim sama mengejutkannya: kebakaran di bekas lahan Proyek Mega Padi saja menghasilkan emisi CO2 setara dengan satu setengah kali target global tahunan Protokol Kyoto.

Parit-parit drainase Proyek Mega Padi yang ditinggalkan telah memfasilitasi penebangan hutan liar. Parit-parit tersebut membuat akses dan transportasi kayu jauh lebih mudah – dengan efektif membuka area untuk perambahan oleh mereka yang mencari keuntungan dari pasar internasional kayu tropis.


Respon
CARE telah mendukung pengelolaan lahan gambut yang lebih baik dan kegiatan pengurangan resiko kebakaran di Kalimantan sejak tahun 2002. Karya kami diawali di bawah dukungan dari program pemulihan mata pencaharian dan kesehatan (dibiayai oleh Departemen Pertanian AS) dan sebuah proyek untuk membantu masyarakat mengatasi kebakaran (dibiayai oleh Masyarakat Eropa, DIPECHO). CARE menjadi mitra aktif dalam Central Kalimantan Peatlands Project (CKPP) pada tahun 2005. Tujuan CKPP adalah untuk mengurangi kemiskinan melalui restorasi dan konservasi lingkungan. Sebagai tambahan, CARE mengembangkan sistem pengelolaan air berbasis masyarakat untuk mata pencaharian yang lebih baik (dengan pendanaan dari Masyarakat Eropa).

Portofolio kami dalam kegiatan terpadu saat ini meliputi:

Pengelolaan dan Pencegahan Kebakaran
CARE membentuk pasukan pemadam kebakaran sukarela di 100 desa lahan gambut. Kami menyediakan peralatan mendasar, relawan terlatih dalam bidang pemadam kebakaran/pengelolaan kebakaran, serta menginstusionalkan pasukan ini ke dalam struktur pemerintah setempat. Kami juga membentuk jaringan radio yang bisa dengan cepat menyebarkan informasi ke desa-desa terpencil tentang kebakaran yang sedang terjadi atau yang besar. Berdasarkan keberhasilan-keberhasilan ini, kami sedang bekerjasama dengan International Research Institute for Climate and Society di Columbia University untuk mengembangkan Forest Fire Early Warning System and early Response System yang menjangkau seluruh Kalimantan Tengah. Untuk membantu pencegahan kebakaran, kami mempromosikan penggunaan tanaman yang tahan api dan berumur panjang sebagai bagian dari strategi penghijauan kembali hutan.

Restorasi Lahan Gambut
CARE mempromosikan beragam kegiatan untuk merehabilitasi atau mengembalikan lahan gambut. Hal ini termasuk pengenalan sistem agroforestry berbasis pohon karet (yang memberikan hasil tunai pada masyarakat) dan pohon buah (yang menambah keragaman makanan mereka dan meningkatkan kesehatan).

Konservasi Keanekaragaman hayati
Pendidikan memainkan peranan besar dalam perlindungan hutan yang masih ada. CARE bekerja bersama pasukan pemadam kebakaran setempat dan stasiun-stasiun radio setempat yang didukung oleh CARE untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya melestarikan hutan yang masih ada. Stasiun-stasiun radio ini juga memainkan peranan yang sangat penting dalam memberitahukan kepada masyarakat tentang penggunaan lahan/tindakan pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

Hasil
Inilah sekilas dari apa yang telah dicapai CARE di Kalimantan Tengah.

  • Kebakaran hutan lebih jarang terjadi – dan dengan dampak yang lebih rendah. CARE telah membentuk pasukan pemadam kebakaran masyarakat dan menghubungkan mereka dengan sistem peringatan dini setempat. Sebagai hasilnya, pasukan ini berhasil memadamkan kebakaran di wilayah seluas 243.991 hektar antara bulan September – November 2006. Dan kapasitas mereka berkembang dengan cepat: pada bulan September 2006, mereka bisa memadamkan api dengan kecepatan 0,173 hektar per jam. Sesudah pelatihan tambahan, angka ini meningkat menjadi 4,71 hektar per jam.
  • Malnutrisi telah menurun. Menurunnya malnutrisi di antara anak-anak selama masa kebakaran lahan gambut 2006 bila dibandingkan dengan kejadian tahun 2002 atau 2004 (di mana tingkat malnutrisi kronis melebihi 40 persen). Ini merupakan hasil langsung dari karya CARE dengan pasukan pemadam kebakaran dan penyedia layanan kesehatan setempat.
  • Meningkatnya tingkat pendapatan setempat. Pertanian alternatif (dibarengi dengan akses yang lebih baik pada pasar), insentif konservasi dan layanan karbon yang direncanakan mendatangkan hasil bagi masyarakat setempat. Keluarga yang ikut serta dalam program CKPP mampu menstabilkan pendapatan mereka, yang saat ini berada di bawah AS $ 70 per bulan.
  • Pada kebanyakan kasus, CARE mampu memitigasi dampak negatif dari kebakaran lahan gambut dengan membantu masyarakat mendapatkan kembali asset mereka melalui penanaman kembali dan perlindungan dari kebakaran.

 

  • Ada kehidupan baru di tanah. Lebih dari 100 kelompok masyarakat telah memetakan wilayah di mana mereka merencanakan penanaman pohon besar-besaran dan kegiatan lain untuk mengembalikan kualitas tanah. Pemerintah Indonesia telah menyediakan dana untuk melaksanakan rencana-rencana ini. Lebih dari 500 hektar sistem agroforestry pohon karet telah dimulai.
  • Adanya respek baru terhadap lingkungan. Hal ini bisa disaksikan dalam pengurangan pabrik kayu ilegal di hutan-hutan terlindung dan dalam peningkatan dukungan politis, publik dan keuangan untuk konservasi lahan gambut. Hal ini juga jelas terlihat dalam tindakan Pemerintah Propinsi, yang baru-baru ini memulai master plan untuk rehabilitasi lahan gambut.


Kesimpulan
Dengan memperkuat kapasitas setempat untuk mengembalikan dan melestarikan lingkungan, dan dengan memperbaiki kerjasama masyarakat-pemerintah, CARE Indonesia secara bersamaan memitigasi perubahan iklim dan mengurangi kemiskinan di Kalimantan Tengah. Masih panjang jalan yang harus ditempuh, tetapi masyarakat dengan siapa CARE bekerja saat ini telah memiliki dasar yang kuat untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Kerugian ekonomi akibat kebakaran tahun 1997 mencapai kira-kira AS $ 8,4 biliun. Konsekuensinya pada perubahan iklim sama mengejutkannya: kebakaran di bekas lahan Proyek Mega Padi saja menghasilkan emisi CO2 setara dengan satu setengah kali target global tahunan Protokol Kyoto.

Tautan Berita:

    Tidak ada berita terkait!